
senja kala itu...
cuma di Waduk Cengklik.
sebuah Waduk yang berukuran 300 ha yang telah ada sejak zaman Belanda.
yang biasa di gunakan untuk mengairi persawahan yang diperkirakan seluas 1.578 ha.
tepatnya di daerah Ngargorejo dan Sobokerto (Boyolali).
seperti biasa yang aku dan kakakku lakukan kala sore sudah menampakkan jingganya.
sepulang dari menghabiskan hari di Kota Surakarta (Solo).
ya, hanya sekedar mampir dan menikmati segelas Teh Hangat dan secangkir kopi.
tak ada hal serius dalam perbincangan kala itu, kita hanya duduk berdampingan dan menumpahkan sedikit tentang sebuah harapan di masa nanti.
itu saja.
sejujurnya ini bukan sekedar tentang senja.
bukan juga tentang secangkir teh hangat atau secangkir kopi.
bukan pula tentang kakakku yang disibukkan oleh kuliahnya.
atau bahkan tentang diriku yang tak selalu dapat menikmati senja yang sesungguhnya.
namun, ini hanya tentang sebuah waktu dan kondisi dimana sebuah rasa syukur harus lebih di perkuat.
agar sedikit kepekaan terhadap hadirnya Tuhan di lingkup kehidupan semakin nyata.
terkadang wajar-wajar saja ketika diriku berharap dapat mendaki gunung dan mencari indahnya sang mentari pagi.
atau pergi dan berdiri di sekitaran bibir pantai dan menimati sang mentari yang mulai menepi.
ya, tak ada yang salah dengan sebuah harapan. dan aku akui kesalahan itu berada pada diriku yang sulit bersyukur.
aku yang bersama kakakku dapat menghabiskan hari.
aku dan ia menikmati minuman favorit masing-masing.
aku yang selalu menikmati sore bersamanya.
aku dan ia menikmati minuman favorit masing-masing
ya, selalu...
lalu apakah aku harus membenci sebuah takdir kala alam sudah menyeimbangkan semua tentang kehidupan ini dan se isinya ?
pikirkan kembali,dan tersenyumlah. bahkan rumput yang kau lihat saat ini tak mengharapkan hal buruk terjadi pada hatimu.
kembalilah pada langkah yang seharusnya. dan nikmati semua. :)
Awan Saja
Artikel Terkait
0 komentar:
Post a Comment