Saturday, 28 February 2015

Menuju Senja

Seperti biasa kala mentari mulai memasuki waktu sebuah akhir dari cerita kehidupan, jingga seakan menjadi tanda akhir nafas ini.
mungkin memang benar, gelap menjadi sebuah ibarat kala mata belajar terpejam.

Diriku kembali menatap mentari, seakan wajah yang selalu menjadi rindu tersenyum dengan senyuman termanisnya kala itu.
kala dimana jarak pandangku hanya sebatas antara bintang dan bulan.

apa kabarmu wanita malam, aku merindukanmu.

Awan Saja
28/02/2015

teriakan malam

teriakan malam kembali hadir di waktu yang sama seperti kemarin, seperti malam-malam sebelumnya
rasa itu pun menjadi tema malam ini untuk menjadi kawan sebuah perbincangan diantara kesunyian.
aku kembali, memulai segala yang menjadi sebuah keharusan sebuah rasa yang seharusnnya.
seperti biasa, wajah yang selalu menjadi keluhku kala gelap jatuh tepat diantara gelap dan dingin menjadi sebuah alasanku untuk sedikit menciptakan sebuah senyum kecil tuk menyambut kesunyian.
tak bersuara, tak bernada, bahkan bibir terbungkam.
teriakan malam bergejolak dalam jiwa yang tak sejalan dengan kenyataan.
entah, ini hanya sekedar dari permulaan.
menjadi awal yang baru untuk menyambut senyum mentari esok pagi.
Awan Saja
28/02/2015